Oleh : Mashuri,S.Pd
Guru Pendidikan Jasmani dan Rohani SMAN 1 Kersana
(Artikel ini pernah dimuat di Harian Radar tegal Tanggal 02 Desember 2022)
Pembelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum merdeka dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai dengan karakteristik tugas gerak, peserta didik, dan lingkungan belajar. Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah (Pengetahuan, keterampilan, dan Sikap melalui Proyek pengutan profil pelajar Pancasila) bagi peserta didik dengan menekankan pada kualitas kebugaran jasmani dan perbendaharaan gerak. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dilaksanakan di sekolah secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan. Peran guru mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya meningkatkan dan memelihara kebugaran jasmani, kesejahteraan diri, serta pola perilaku hidup sehat, pola gerak dasar (fundamental movement pattern) dan keterampilan gerak (motor skills) yang dilandasi dengan penerapan konsep, prinsip, strategi, dan taktik secara umum, terhadap hasil belajar peserta didiknya sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Mengejar pencapaian hasil belajar yang maksimal guru harus punya data awal kemampuan masing – masing siswa melalui Asesmen diagnostik. Menurut Budi Hartono, M.Pd (2022 ): “ Pada kurikulum merdeka mulai dibiasakan istilah asesmen. Asesmen dapat dimaknai sebagai proses yang berkelanjutan untuk memastikan para siswa mencapai kinerja belajar yang terbaik.” Asesmen bukan untuk menjustifikasi siswa, melainkan untuk merekam kebutuhan agar dapat memberikan layanan pembelajaran atau tindak lanjut yang tepat.
Guru dapat melakukan salah satu asesmen yang perlu, sebelum pembelajaran dimulai yaitu asesmen diagnostik. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen kognitif maupun non kognitif. Asesmen kognitif berupa level capaian belajar sebelumnya. Sedangkan asesmen non kognitif berupa gaya belajar, kondisi kesehatan, kebahagiaan psikologis, dan dukungan belajar seperti keluarga dan lingkungan pergaulan. “Tugas guru adalah mengenali karakteristik dan kebutuhan belajar siswa sehingga dapat mengembangkan potensinya,”.
Setelah mengetahui karakteristik siswa yang beragam, guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman siswa dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat dan preferensi belajar siswa, dengan mengukur perkembangan dan pertumbuhan siswa dilihat dari kondisi sebelumnya pada siswa tersebut, bukan dibandingkan dengan siswa yang lain.
Kegunaan Tes dan Pengukuran olahraga menurut Dr. Widiastuti, M.Pd. ( 2011) adalah : “ Menentukan status perkembangan siswa, klasifikasi keolahragaan berdasarkan tingkat kelas bukan berdasarkan kemampuan atau keterampilan anak, Bimbingan mengharuskan adanya evaluasi tentang kapasitas dan kemampuan anak sehingga proses pengajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak, Motivasi, Achievment score/nilai dalam keolahragaan dapat menjadi perangsang bagi anak untuk berlatih lebih giat, Perbaikan mengajar, testing dan evaluasi adalah suatu bagian dari pengajaran mempunyai tempat yang tepat dalam program pengajaran “..
Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur beberapa performa dan untuk mengumpulkan data.
Pengukuran yang dilakukan dalam keolahragaan atau pendidikan olahraga harus berdasarkan mencapai tujuan yang semestinya diukur, sesuai dengan luas sempitnya tujuan yang kita ukur atau yang dicapai, Niali-nilai keolahragaan juga belum dapat diketahui sebelum dilakukan pengukuran tersebut, untuk memperbaiki program, harus dilaksanakan oleh para petugas yang telah terlatih dan berpengalaman dalam lapangan tersebut. Untuk itu menurut Dr. Widiastuti, M.Pd. ( 2011) “ Kriteria pemilihan tes yang dipakai harus valid punya kecermatan pengukuran, reliabel punya keandalan dan keajegan yang tinggi, obyektif punya drajat kesamaan hasil, acuan norma artinya dapat menunjukkan kedudukan seorang tes di antara kelompoknya “.
Beberapa tes dan pengukuran olahraga yang bisa dijadikan assessment diagnostic pada mata pelajaran Penjas, yaitu tes kebugaran jasmani Indonesia usia 10 – 12 tahun, 13 – 15 tahun dan 16 – 19 tahun, tes kelincahan, tes Kekuatan, tes menggiring bola basket, tes lempar tangkap bola, tes keterampilan tenis meja, tes keterampilan sepak bola, tes keterampilan bulu tangkis, test keterampilan bola voli, tes ketangkasan renang, tes ketangkasan bela diri dan masih banyak jenis tes dan pengukuran olahraga yang lannya. Guru dapat melakukan salah satu asesmen yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan ke peserta didiknya, sebelum pembelajaran dimulai yaitu melalui asesmen diagnostic yang menggunakan tes dan pengukuran olahraga tersebut. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa sehingga Pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman siswa dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat dan preferensi belajar siswa. “Mengukur perkembangan dan pertumbuhan siswa dilihat dari kondisi sebelumnya pada siswa tersebut, bukan dibandingkan dengan siswa yang lain “ Semoga artikel ini dapat menjadi motivasi rekan-rekan guru penjas untuk meningkatkan capaian pembelajaran para peserta didiknya.
Beri Komentar