Oleh : Sri Murniasih, S. Pd
Guru Bimbingan Konseling SMAN 1 Kersana
(Artikel ini pernah dimuat di Harian Radar tegal Tanggal 30 Juli 2021)
Guna mencegah penyebaran virus corona di lingkungan sekolah, pemerintah memutuskan agar sekolah memberlakukan PJJ. Pembelajaran yang semestinya dlakukan secara tatap muka sekarang harus dilaksanakan secara daring atau online. Sejatinya tidak semua pembelajaran dapat dilakukan secara daring atau online karena ada beberapa materi pembelajaran yang membutuhkan praktek dan pendampingan dari guru/pembimbing. Pembelajaran secara daring pun membutuhkan sarana penunjang antara lain HP/laptop, jaringan yang memadai , kuota yang cukup. Tidak hanya berhenti disini, karena dukungan dari tenaga pengajar sendiri, dukungan dan pemahaman dari orang tua untuk memfasilitasi kebutuhan primer anaknya agar dapat bersekolah dengan baik, seperti HP, koneksi internet rumahan, dan juga komputer atau laptop yang turut menjadi bagian dari terlaksananya pembelajaran daring disekolah. Pembelajaran daring yang dilaksanakan sebagai akibat dari belum berakhirnya pendemi covid 19 khususnya di Indonesia, tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan yang kemudian menimblkan berbagai permasalahan. Hal ini yang kemudian menjadi pembahasan dari berbagai pemerhati pendidikan di Indonesia.
Learning Loss merupakan bagian dari permasalahan yang ditimbulkan akibat pembelajaran daring atau online. “Penerapan PJJ kita berisiko memiliki generasi dengan learning loss. ada dampak yang permanen dalam generasi kita, terutama bagi yang jenjangnya lebih muda,” ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam konferensi pers yang ditayangkan akun YouTube Kemendikbud, Jumat (7/8/2020). Masih menurut Nadim, learning loss terjadi karena masih kurangnya kualitas serta fasilitas bagi anak yang menjalankan PJJ, yang akhirnya berdampak pada penurunan capaian belajar. Ungkapan yang sama disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, learning loss terjadi karena pembelajaran yang tidak optimal, serta ditambah dengan diberlakukannya kurikulum darurat COVID-19.
Learning Loss adalah situasi dimana peserta didik kehilangan pengetahuan dan keterampilan baik umum atau khusus atau kemunduran secara akademis, yang terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau ketidakberlangsungannya proses pendidikan (The Education and Development Forum (2020)). Lalu siapa yang bisa mengalami learning loss, yaitu siswa yang tidak memiliki akses pembelajaran yang maksimal salama melakukan PJJ. Mereka yang tidak memiliki perangkat elektronik, akses internet yang sulit didapatkan, dan keterbatasan kuota internet. Siswa yang rentan tidak melanjutkan sekolah karena sering mendapatkan kendala selama PJJ nya. Tidak banyak yang dilakukan siswa selama PJJ tidak seperti halnya pembelajaran tatap muka yang memiliki jadwal tetap dimana siswa berada disekolah dari jam 07.00 sampai 15,30, membuat mereka menjadi malas dan hilang motivasi belajar. Faktor Orang tua yang tidak memahami pembelajaran daring/online tidak turut mengawasi siswa dalam belajarnya bahkan bisa saja mereka menganggap bahwa tidak ada pembejaran sehingga pengawasan kepada siswa kurang.
Dengan pemikiran orangtua yang seperti ini menjadi kekhawatiran tersendiri terhadap dampak yang mungkin terjadi pada siswa. Orang tua yang memiliki kendala ekonomi bukannya mendukung anaknya belajar daring malah justru memberikan ijin anaknya bekerja untuk membantu perekonomian keluarga yang terdampak krisis pandemi. Ada orangtua yang akhirnya memutuskan untuk menikahkan dini putrinya dalam rangka mengurangi beban keluarg atau karena hal lain akibat kurangnya perhatian dan pantauan dari orang tua.
Learning loss tidak hanya persoalan akademik atau kognitif saja, ada dimensi lain yaitu pendidikan karakter. Dimana guru sulit untuk memantau apakah siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, memahami materi yang diberikan, disiplin dan jujur mengerjakan tugas meskipun tanpa pengawasan guru seperti pada pembelajaran tatap muka. Siswa yang berkarakter akan memiliki motivasi belajar yang tinggi dimasa pandemi sekalipun. Siswa yang berkarakter akan tetap bisa belajar dengan caranya sendiri. Siswa yang berkarakter mampu menerapkan disiplin belajarnya dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Untuk mencapai itu siswa membutuhkan motivasi yang tinggi baik dari keluarga , sekolah dan dari lingkungan sekitarnya. Kegiatan yang berkontribusi kepada pendidikan karekter adalah membiasakan siswa dengan kegiatan yang positif, seperti tetap memiliki jadwal belajar dirumah. Di SMAN 1 Kersana salah satunya adalah mewajibkan siswa mengikuti mujahadah yang dilaksnakan setiap hari pukul 07.00-07.30. Dengan demikian siswa memiliki aktivitas rutin tiap paginya. Pembinaan dari wali kelas merupakan usaha memotivasi siswa untuk terus semangat belajar, jangan sia-siakan perngorbanan orang tua yang memberikan biaya hidup dan fasilitas belajar. Mengingatkan siswa bahwa waktu tidak dapat diulang jangan sampai hilang kesempatan kalian mendapatkan meteri pelajaran, jangan mengeluh dengan keterbatasan. Siswa masih bisa memanfaatkan media baca lain seperti buku paket pelajaran yang dipinjamkan dari sekolah. Serta dukungan dari orang tua dengan terus menjaga dan membimbing anak-anaknya agar tidak mengalamai learning loss yang berlebihan yang berakibat pada hilangnya semangat bersekolah.
Beri Komentar