Info Sekolah
Sabtu, 26 Okt 2024
  • Terwujudnya Peserta Didik yang Beriman Bertaqwa Berakhlak Mulia, Unggul dalam Prestasi, dan Cinta Lingkungan

MENGGELORAKAN SPIRIT LITERASI DI MASA PANDEMI

Diterbitkan :

Oleh : Nur Hanifah MF, S.E.

Guru Ekonomi SMAN 1 Kersana

Repost : Radar Tegal

Terbesit rasa  sedih dan prihatin ketika kita membaca atau mendengar rendahnya posisi   literasi Indonesia di dunia. Hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) yang dirilis tahun 2016 menempatkan  Indonesia pada peringkat ke-62 dari 70 negara yang diteliti. Posisi tersebut  membuat kita actor utama di dunia pendidikan terhenyak, karena sebagai pendidik kitalah ujung tombak dalam menumbuhkan dan menguatkan semangat dan budaya berliterasi. Namun tak perlu sedih berkepanjangan tanpa ada action untuk mengejar ketertinggalan itu. Upaya pemerintah, lembaga-lembaga yang peduli dengan literasi bahkan individu pegiat literasi terus melakukan terobosan aksi-aksi nyata untuk literasi Indonesia.

Hasil penelitian World Culture Index Score 2018 menunjukkan bahwa kesadaran literasi masyarakat Indonesia mulai menggeliat dan meningkat secara signifikan dengan meningkatnya kegemaran membaca masyarakat Indonesia, yang menempati urutan ke 13 dari 30 negara. Berbagai upaya Pemerintah dan pegiat-pegiat literasi terus dilakukan antara lain mempermudah akses masyarakat kepada buku yang ditandai dengan munculnya perpustakaan keliling yang memburu masyarakat khususnya anak-anak untuk mau membaca. Berdirinya rumah-rumah baca di tiap sudut kota maupun desa juga menunjukkan bahwa semakin bergairahnya literasi baca. Bahkan kondisi sekarang  mulai berbalik, Pustaka Bergerak banyak diuber anak-anak yang haus membaca.

Literasi baca tulis merupakan salah satu literasi diantara enam literasi dasar yang harus kita kuasai. Melalui kemampuan baca tulis seseorang dapat menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik karena kunci mempelajari ilmu adalah dengan membaca, sementara dengan menulis seseorang dapat menuangkan ide, gagasan pemikiran dari olah pikir yang sebelumnya diperoleh dari membaca. Literasi baca tulis akan meningkatkan kualitas hidup seseorang (Materi GLN, Kemendikbud 2017), karenanya literasi harus digencarkan, dibiasakan dan dijadikan budaya oleh masyarakat terutama guru dan siswa sebagai actor utama pendidikan.

Hampir satu tahun dunia dilanda pandemic covid-19, memaksa kita untuk lebih banyak beraktivitas di rumah baik aktivitas bekerja, belajar maupun beribadah. Kondisi riil masa pandemic ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk tidak “produktif”.  Aktivitas wfh  membuat kita punya lebih banyak waktu memperkuat literasi baca tulis yang mungkin selama ini terkendala alasan sibuk dan  tidak punya waktu.

SMAN 1 Kersana, sebagai sebuah lembaga pendidikan senantiasa berperan aktif dalam menanamkan, memupuk dan mengembangkan budaya literasi baca tulis bagi seluruh civitas academica. Implementasinya dilakukan secara menyeluruh dan tidak terpisahkan dari lima jenis literasi lainnya yaitu literasi numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. Launching Gerakan Literasi Sekolah (GLS) SMAN 1 Kersana di tahun 2018 tidak sekedar formalitas yang tidak ada realisasinya. GLS di SMAN 1 Kersana ditindak lanjuti dengan berbagai program penguatan budaya literasi. Penguatan budaya baca dilakukan dengan upaya pembenahan  perpustakaan, penambahan koleksi buku yang menarik, pembenahan system perpustakaan, challenge membaca, pemilihan duta perpustakaan dan lainnya.

Untuk menumbuhkan budaya tulis yang masih memprihatinkan khususnya di SMAN 1 Kersana, sebagai “miniature” masyarakat Indonesia yang lebih senang budaya ngobrol dibandingkan dengan budaya tulis, diawal masa pademi lalu, SMAN 1 Kersana mengadakan talkshaw dengan mengundang seorang pegiat literasi yang juga sastrawan, penulis dan budayawan nasional Dimas Indiana Senja, untuk memberikan penguatan literasi baca tulis. Kegiatan tersebut berhasil menginspirasi guru dan siswa.

Terbitnya karya siswa berupa buku anthology puisi “Angin Utara” kemudian disusul buku kedua “Air Mata Rindu untuk Nabi” adalah wujud nyata bahwa budaya tulis mulai bertumbuh. Belum lagi berbagai tulisan siswa di blog, whattpad dan lainnya. Para guru pun tak mau ketinggalan, motivasi yang terus menerus dari Kepala Sekolah telah membuahkan semangat dan keberanian  menulis para guru. Rasa takut memulai, kurang Pe-De dan perasaan lain yang membuat kita tidak berani menulis mulai sirna. Berbagai artikel karya Guru SMAN 1 Kersana menghiasi surat kabar khususnya Radar Tegal,  memberikan pesan ahwa tak ada salahnya memulai dan berlatih menulis untuk bisa menghasilkan karya yang berkualitas, bermanfaat dan menginspirasi. Seperti kata Sayyid Quthb bahwa “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala”.

Menulis adalah sebuah proses yang perlu dimulai, dikembangkan dan disempurnakan. Tanpa berani memulai mustahil sebuah tulisan menjadi karya yang punya ruh, lebih menggigit, dan tidak membosankan. Fokus tulisan jelas, gaya bahasa yang menarik dan  tidak monoton, diksi yang tepat mengenai sasaran, serta variasi kata dan kalimat yang tidak kering (Dalman, 2014:5). Teruslah berlatih menulis dengan memanfaatkan pikiran dan melihat fenomena yang ada dengan didukung referensi yang menguatkan. Salam Literasi..

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar