Pembelajaran setelah pandemi Covid-19 mereda, menyisakan banyak pekerjaan rumah. Pencapaian peserta didik yang kurang maksimal baik dari pengajaran maupun pengurangan kompetensi dasar pada kurikulum darurat mengakibatkan beberapa materi prasyarat tidak dapat disampaikan kepada peserta didik. Ketertinggalan ini harus segera dikejar agar peserta didik mencapai level pemahaman yang sesuai dengan tingkatnya. Salah satu upaya yang bisa dijalankan adalah meningkatkan komunikasi efektif, tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung tetapi juga berusaha melakukan komunikasi pembelajaran di luar KBM. Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah berkaitan dengan konsultasi dan pendalaman materi kepada peserta didik.
Berbagai terobosan coba dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ketertinggalan kemampuan peserta didik. Mengenalkan guru dengan berbagai teknologi pembelajaran yang dapat memudahkan komunikasi dalam mengajar ternyata tidak serta merta dapat diterima peserta didik dengan baik. Kemampuan penguasaan teknologi pembelajaran oleh guru dan peserta didik kita sadari tidak merata. Kondisi ini harus segera dicarikan jalan keluarnya agar kondisi peserta didik tidak semakin tertinggal.
Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat terdampak dengan adanya pandemi. Tidak seperti mata pelajaran lainnya, matematika tidak hanya menuntut kemampuan literasi peserta didik tetapi juga menuntut lebih pada kemampuan numerasi peserta didik. Komunikasi efektif pada pembelajaran matematika harus juga memperhatikan kemampuan komunikasi matematis untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari matematika secara mandiri. Fokus utama dalam mengurai permasalahan ini adalah bagaimana melayani konsultasi dari ratusan peserta didik dengan waktu terbatas yang dipunyai oleh seorang guru?
Hal yang menjadi perhatian penulis dalam mengurai masalah ini adalah menemukan teknologi komunikasi yang tepat. Mampu dan mudah diakses guru dan peserta didik menjadi syarat prioritas. Banyak teknologi yang bagus dan lengkap fitur pelayanannya akan tetapi tidak familiar dan bukan pilihan pertama peserta didik sebagai alat berkomunikasi.
Salah satu aplikasi yang menawarkan kemudahan dalam berkomunikasi dengan sistem autorespon adalah whatsapp gateway. Komunikasi efektif pada pembelajaran bisa berjalan jika terjadi transfer informasi dari dua arah. Selaras dengan pernyataan Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno: 1987) berkomunikasi efektif berarti komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama akan suatu pesan. Di samping itu, kecepatan dalam menjawab pesan juga berpengaruh pada pelayanan guru terhadap kebutuhan peserta didik. Pada umumnya guru akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan konsultasi peserta didik ketika mempunyai waktu luang untuk menjawab pesan. Sayangnya hal ini terkendala dengan kesibukan guru di dalam dan di luar jam kerja. Guru terbatas dalam melakukan pelayanan kepada peserta didik, tak jarang guru hanya mempunyai waktu untuk peserta didik berkonsultasi pada saat jam mata pelajarannya saja sesuai dengan jadwal pembelajaran.
Kendala waktu yang dihadapi guru bisa diatasi dengan menggunakan whatsapp gateway. Whatsapp gateway mempunyai sistem kerja di mana pesan yang masuk akan dijawab sesuai dengan pemrograman yang bisa kita atur sesuai dengan kebutuhan. Peserta didik tidak perlu menunggu lama jawaban dari guru, pesan yang dikirim peserta didik akan segera mendapatkan jawaban dari aplikasi whatsapp gateway. Guru juga bisa membuat menu sendiri pada aplikasi whatsapp gateway menyesuaikan kebutuhan peserta didik.
Pemilihan aplikasi whatsapp gateway mempertimbangkan bahwa pengguna aplikasi whatsapp di Indonesia sangat banyak. Menurut data dari situs katadata.co.id pengguna aplikasi whatsapp di Indonesia per Juni 2021 sebanyak 84,8 juta, terbesar ketiga di dunia. Ini artinya whatsapp gateway mudah diaplikasikan oleh peserta didik karena sudah terbiasa dalam kesehariannya. Whatsapp gateway bisa menjadi solusi atas terbatasnya data internet yang sering dikeluhkan oleh peserta didik dulu saat pembelajaran daring dan juga tanpa harus memasang aplikasi baru. Alasan lain kenapa memilih aplikasi whatsapp gateway adalah data dari We Are Social yang di kutip oleh Kompas.com, memperlihatkan rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu untuk mengakses internet dalam sehari selama 8 jam 52 menit. Jika guru bisa menarik perhatian peserta didik untuk belajar melalui aplikasi whatsapp dalam kesehariannya selama 30 menit saja, diharapkan guru dapat mengarahkan peserta didik untuk menggunakan media sosial khususnya whatsapp gateway untuk kegiatan lebih positif.
Kenyamanan peserta didik untuk komunikasi dengan guru juga menjadi faktor terciptanya komunikasi efektif. Rasa sungkan dan canggung biasanya dua hal yang menyebabkan peserta didik tidak berani memulai komunikasi kepada guru. Harapannya dengan adanya aplikasi whatsapp gateway, peserta didik bisa berkonsultasi tanpa rasa canggung dan guru bisa terbantu dalam melakukan pelayanan konsultasi pembelajaran matematika. Peserta didik juga bisa memanfaatkan gawainya dengan lebih positif, karena kita tidak mungkin berjalan membelakangi kemajuan teknologi.
Penulis: Arif Rahman, S.Pd.
Artikel ini telah diterbitkan di media Radar Tegal.
Beri Komentar