Info Sekolah
Sabtu, 26 Okt 2024
  • Terwujudnya Peserta Didik yang Beriman Bertaqwa Berakhlak Mulia, Unggul dalam Prestasi, dan Cinta Lingkungan

Pendekatan Rasional Emotif Terapi dalam kenakalan Remaja

Diterbitkan : - Kategori : Karya Guru

Oleh : Ibu Rani Purwandari,S.Pd

Guru Bimbingan Konseling SMAN 1 Kersana

(Artikel ini pernah dimuat di Harian Radar tegal Tanggal 30 Agustus 2022)

 

Remaja adalah suatu fase perkembangan yang dialami seseorang ketika memasuki usia 12-22 tahun. Masa remaja ini masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam tahap ini remaja sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya yang di lakukan ini melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang di alami remaja di sebut perilaku menyimpang remaja. Baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah tinggal. Apabila remaja dalam masa pencarian ini tidak dapat pendampingan atau pengawasan yang optimal dari orang tua di rumah guru di sekolah, maka kebanyakan remaja banyak yang terjerumus terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang. Hal ini memang tidak semata-mata bukan semua kesalahan dari mereka, karena awalnya mereka melakukan ini hanya sekedar coba-coba atau karena mereka benar-benar tidak tahu terhadap yang dilakukanya. Oleh karena itu peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat berarti terhadap perkembangan remaja saat ini. Kenakalan remaja ini tidak hanya terjadi di beberapa sekolah namun semua sekolah juga mengalami peserta didiknya banyak yang mengalami kenakalan remaja.  Tidak di pungkiri juga di SMAN 1 Kersana kenakalan remaja saat ini sedang meningkat terutama peserta didik kelas X dan kelas XI. Kenakalan remaja bentuknya sangat banyak contohnya seperti membolos saat jam kbm, memorok di lingkungan sekolah, pacaran yang berlebihan, penggunaan obat-obatan terlarang dan masih banyak lagi kenakalan remaja lainya. Di SMAN 1 Kersana ini kenakalan remaja yang sering terjadi adalah membolos saat jam KBM  atau dari rumah berangkat sekolah namun tidak sampai ke sekolah. Dalam menangani permasalahan membolos guru BK mendiagnosis penyebab dari perilaku tersebut dengan komunikasi dengan orang tua dengan mendatangan ke sekolah , mencari informasi dengan teman dekatnya dari peserta didik tersebut.

Banyak juga dari orang tua peserta didik yang tidak bisa di hadirkan dengan alasan bekerja di luar kota, kedua orang tuanya bercerai, kedua orang tuanya meninggal adanya wali tetapi tidak telalu perhatian ada juga bahkan orang tua siswa yang bekerja di luar negri. Itulah salah satu yang akhirnya membuat lemahnya pengawasan terhadap remaja dan remaja merasa hidupanya bebas karena tidak ada yang mengatur dan melarang apa yang dilakukan oleh peserta didik di rumah yang akhirnya menyebabkan mereka terkadang tidur sampe larut malam sampai tidak kenal waktu dan menyebabkan mereka malas untuk bangun pagi tetapi mereka punya kewajiban untuk kesekolah yang akhirnya mereka kesiang masuk sekolah bahkan ada yang tidak sampai di sekolahan karena kondisi yang kurang fit kurangnya jam tidur.

Dengan  membantu remaja mencapai perkembangan yang optimal dan terhindar dari perilaku kenakalan remaja ini , dibutuhkan penanganan yang efektif. Terutama di sekolah SMAN 1 Kersana yang notabene peserta didik berusia remaja, salah satu bentuk penanganan yang paling efektif untuk mencegah peserta didik dalam mengurangi kenalakanan remaja dengan layanan konseling pendekatan Rasional Emotif Terapi yang di kembangkan oleh Albert Ellis.. Dalam upaya mengatasi konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, sekaligus meningkatkan kesehatan mental yang di berikan kepada peserta didik  bisa dengan konseling individu atau dengan konseling kelompok.

Terapi Rasional Emotif ini bertumpu pada pandangan utama bahwa individu merupakan makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Kedua kecenderungan yang dimiliki oleh manusia ini akan tampak dengan jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata. Selain itu Albert Ellis juga memandang semua individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasannya, serta potensi mengubah pandangan dasar dan nilai-nilai yang diterimanya secara tidak kritis (Sukardi, 2000:106).

Adapun guru bk atau yang di kenal sebagai Konselor menerapkan pendekatan ini dengan permaslaahan peserta didik dengan menggunkan langakah awal yaitu Konselor berusaha menunjukkan kepada peserta didik  bahwa masalah yang dihadapinya sangat berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional. Konselor harus bertindak sebagai propogandis yang berusaha mendorong, membujuk, meyakinkan, bahkan memiliki kewenangan mengendalikan peserta didik untuk menerima gagasan yang logis dan rasional. Jadi peran guru BK / Konselor adalah menyadarkan peserta didik bahwa permasalahan yang di hadapinya itu disebabkan oleh cara berpikirnya yang tidak logis.  Langkah kedua peran guru BK/ Konselor adalah menyadarkan peserta didik bahwa pemecahan maslaah yang sedang dihadapinya itu menjadi tanggung jawab peserta didik sendiri. Guru Bk hanya berperan menunjukan dan menyadarkan peseerta didik bahwa gangguan emosional yang selama ini di rasakan akan terus menghantuinya apabila dirinya sendiri tetap berpikir tidak logis.

Langkah ketiga Guru Bk mengajak peserta didik untuk menghilangkan cara berpikir dan gagasan yang tidak rasional, lebih jauh lagi guru Bk mengajak peserta didik mengubah cara berpikirnya dengan cara menghilangkan pikiran yang tidak irasional. Langkah keempat   Konselor Guru BK  berusaha mengembangkan pandangan yang realistik dan menghindarkan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis. Pada saat ini pula konselor berusaha menyerang inti cara berpikir Peserta didik yang tidak rasional itu, serta mengajarkan bagaimana
caranya menghilangkan dan mengganti dengan cara berpikir yang logis (Sukardi, 2000:102).

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar