Oleh : Rumyati, S. Pd
Guru PPKn SMAN 1 Kersana
(Artikel ini pernah dimuat di Harian Radar tegal Tanggal 5 Januari 2021)
Pandemi masih berlanjut dari pertengahan bulan Maret hingga sekarang semua siswa SMAN 1 Kersana belajar secara online meskipun banyak dikeluhkan oleh semua pihak baik siswa, orang tua dan guru karena menyangkut banyak hal terutama masalah quota, tapi kenyataannya proses belajar terus belanjut.
Aunurrahman (2003:36) mendefinisikan belajar sebagai interaksi individu dengan lingkungannya yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan. Pengalaman atau pengetahuan tersebut bisa berupa yang baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang berkaitan erat dengan pengalaman-pengalamannya. Pengalaman dalam hal ini mencakup pengalaman kognitif, mental, dan keterampilan yang dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi lingkungan bagi siswa dalam pembentukan konsep pengalaman diantaranya melalui kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran yang baik termuat dalam suatu kekayaan dan variasi pengalaman belajar yang menyatu untuk menggiatkan dan meningkatkan interaksi dengan keberagaman dan lingkungan yang merangsang (Burton dalam Hamalik, 2008:28). Dengan demikian pembelajaran yang baik dapat meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, yang akhirnya berkorelasi dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
Pandemi Covid telah mengubah semua tatanan termasuk tatanan dalam pembelajaran semua harus dilakukan secara jarak jauh dan semua dilakukan dengan protokol kesehatan siswa tidak boleh belajar disekolah harus dilaksanakan melalui pembelajaran jarak jauh. Dalam pembelajaran jarak jauh dibutuhkan kesiapan baik dari guru maupun dari pesreta didik dengan jadwal yang sudah ditentukan dari pihak satuan pendidikan. Dalam pembelajaran Jarak jauh peran wali kelas dan bimbingan konseling dibutuhkan kerja sama yang baik, terlebih untuk kehadiran siswa melalui absen pagi.
Dorongan belajar berupa motivasi bisa datang dari dalam diri peserta didik maupun berasal dari luar termasuk lingkungan. Berbicara tentang lingkungan setiap peserta didik memiliki lingkungan dan latar belakang yang berbeda-beda. Dilingkungan peserta didik SMAN 1 Kersana khususnya dan kabupaten Brebes lingkungan sudah berubah menjadi kawasan industri yang super megah dimana investor asing berlomba-lomba membuka pabrik yang berjejer dari kawasan barat hingga timur kabupaten brebes, hal ini tentu akan mempengaruhi pola pikir pesrta didik SMAN 1 Kersana dimana lulusannya disiapkan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Berkaitan dengan pandemi covid-19 yang sudah berlangsung lama sangat mempengaruhi semangat belajar, Pola pikir siswa-siswi yang sudah mengalami rasa jenuh karena siswa dituntut dengan tugas yang sedemikian banyak dan berhadapan dengan HP sepanjang hari. Latar belakang ekonomi orang tua karena harus menyediakan quota agar proses belajar berjalan terus. Sekolah tidak sepenuhnya membantu siswa yang tidak mamapu apalagi semua siswa sungguh suatu keadaan yang perlu dipikirkan semua pihak. Bantuan pemerintah yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang.
Kenyataan dilapangan banyak anak-anak lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka lebih memilih bekerja ditambah dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk membiayai kuliah ke perguruan tinggi. Wabah pandemi covid-19 juga mengubah pola pikir siswa yang memilih untuk bekerja dari pada belajar. Meskipun tidak sesuai dengan keahlian yang dimilikinya disinyalir ada beberapa siswa yang bekerja, karena tuntutan keadaan dan ekonomi ada pula beberapa siswa yang masih memiliki semangat belajar menanyakan “bu kapan berangkat sekolah?”. Kami sebagai guru tidak bisa menjawab karena aturan yang diberlakukan belum ada ketentuan kapan siswa berangkat sekolah. Jika dipaksakan berangkat pasti akan berhadapan dengan sanksi karena sampai sekarang kita masih menerapkan 4 M, mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan ditengah pandemi yang belum juga usai.
Pembelajaran jarak jauh yang sudah menjadi pilihan pemerintah sudah berlangsung lama membuat siswa dan orang tua motivasi belajar siswa sudah menurun dan orang tua sudah bosan dan jenuh karena setiap hari melihat anak anaknya tidur sepanjang hari susah untuk dibangunkan memegang HP bukan untuk belajar tetapi bermain game. Guru tidak bisa mengontrol belajar mereka wali kelaspun tidak bisa berbuat banyak melihat mereka sudah absen saja sudah ada nilai tersendiri, apalagi mengikuti pembelajaran dengan jarak jauh mereka sudah merespon saja guru sudah senang berapa pun hasil akhirnya. Permasalahan muncul ketika siswa tiadak muncul dan tidak memberikan laporan hasil akhirnya barulah wali kelas bertindak, solusinya adalah mengunjungi siswa (home visit) tetapi begitu alasannya kuota hanya bisa diam. Awal pandemi siswa masih bersemangat namun setelah berlangsung 8 bulan pembelajaran jarak jauh sangat berpengaruh terhadap semangat belajar para siswa dan pada akhir-akhir ini anak-anak lebih memilih untuk bekerja daripada belajar utamanya dari keluarga yang dengan latar belakang ekonomi yang pas-pasan karena dengan belajar mereka dapat menghasilkan uang sehingga dapat mebatu memenuhi kebutuhan sediri dan membantu orang tua. Ini kondisi yang sulit jika pandemi ini berlangsung lama dan pemerintah belum mengijinkan belajar dengan tatap muka .
Sebuah pilihan dan keadaan yang menyulitkan bagaimana membangun memotivasi belajar setelah covid selesai apakah mereka masih memilih semangat untuk belajar? Atau tetap memilih bekerja. Ini tugas guru orang tua dan pemerintah untuk membangun kembali pembelajaran yang menyenangkan karena mereka sudah rindu sekolah pasti butuh kerja keras dari semua pihak.*)
Beri Komentar