Oleh : Bu Ningrum
Guru Pendidikan Sosiologi SMAN 1 Kersana
(Artikel ini pernah dimuat di Harian Radar tegal)
Sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari asal katanya yaitu socius yang artinya teman atau kerabat, yang bisa dikatakan sebagai masyarakat. Dan kata logos yang artinya adalah ilmu. Sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, tentunya sosiologi dapat digunakan untuk mengkaji berbagai fenomena atau gejala sosial yang ada didalam masyarakat. Salah satunya adalah fenomena “Citayam Fashion Week“ yang saat ini sedang viral di Indonesia.
“Citayam Fashion Week“ ini merupakan sebuah ajang peragaan busana yang dilakukan oleh para remaja yang kerap berkumpul di sekitar Stasiun MRT Dukuh Atas, Kawasan Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok, yang kemudian diplesetkan menjadi SCBD. Fenomena tersebut sangat menarik untuk dikaji, terutama dalam ilmu Sosiologi. Dalam fenomena tersebut juga membawa berbagai perubahan terhadap para aktor pelopor ajang tersebut, yang sebelumnya mereka bukan siapa-siapa kemudian mendadak menjadi terkenal layaknya seorang artis. Sebut saja Jeje “slebew”, Bonge, Kurma dan Roy yang sekarang ini namanya sering muncul di pemberitaan, baik di media sosial maupun di televisi. Bahkan mereka juga sering diundang untuk menjadi bintang tamu di acara-acara Talk Show di televisi nasional.
Dilihat dari kacamata Sosiologi, fenomena “Citayam Fashion Week“ ini tidak hanya membawa perubahan bagi para aktor pelopor, tetapi juga telah berhasil menarik perhatian masyarakat yang penasaran dan ingin melihat pesona ajang tersebut secara langsung. Mereka datang jauh-jauh dari berbagai kota di Indonesia untuk menikmati dan meramaikan “Citayam Fashion Week“, kemudian memposting gaya busana mereka ke akun media sosial sebagai wujud ekspresi diri. Tidak hanya dari masyarakat biasa saja yang tertarik pada ajang tersebut, para artis papan atas dan bahkan para pejabat pun ikut meramaikan ajang “Citayam Fashion Week“ ini.
Berdasarkan salah satu ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu yaitu bersifat Non Etis, bahwa kita tidak dapat menilai sebuah fenomena sosial sebagai sesuatu yang baik atau buruk, jadi bisa dikatakan bahwa fenomena “Citayam Fashion Week“ ini bukan sesuatu yang baik atau buruk. Hal ini menyebabkan munculnya kelompok yang pro dan kelompok yang kontra terhadap kegiatan tersebut. Kelompok yang pro yaitu mereka yang setuju diadakannya ajang tersebut, sebagai ajang untuk mengekspresikan diri. Sedangkan kelompok yang kontra yaitu mereka yang tidak setuju dengan diadakannya ajang tersebut karena dinilai sangat mengganggu dan mengakibatkan kemacetan.
“Citayam Fashion Week“ adalah bentuk ekspresi dan eksistensi anak muda di tengah hiruk pikuk ibukota yang senantiasa dinamis. Yang mana fashion taste dan tren begitu cepat berputar. Sebab, fashion merupakan entitas yang terus bergerak dinamis dan suatu saat akan berubah serta mengalami perubahan. Sesuai dengan Teori Siklus, Semua fashion pasti akan mengalami yang namanya sirkulasi. Baik nanti sezaman di tempat berbeda atau mungkin dimodifikasi. Tahun 1980-an pernah populer gaya anak muda pakaian warna warni yang juga pernah populer di era tahun 2000-an. Mungkin ajang tersebut juga akan terjadi lagi di masa yang akan datang.
Selain itu dilihat dari sudut pandang sosiologi yang lain, “Citayam Fashion Week“ ini mengadopsi budaya dari negara-negara di dunia yang sebelumnya telah mengadakan ajang semacam ini, seperti yang diadakan di Jepang, London, Milan, New York dan Paris. Dan tidak menutup kemungkinan setelah viralnya fenomena ini, akan mendorong masyarakat di daerah lain untuk mengadakan event yang serupa dengan “Citayam Fashion Week“ ini.
Beri Komentar